Selasa, 21 Oktober 2014

Pertanian di Korea


GEOGRAFI KOREA

        Geografi Korea adalah geografi negeri Korea yang terletak di Asia Timur yang memiliki luas wilayah 221.925 km². Korea memiliki panjang garis pantai 173.000 km dan 3000 buah pulau. Semenanjung Korea berbatasan dengan Manchuria (Republik Rakyat Tiongkok) dan Provinsi Maritim Rusia di sebelah utara. Di sebelah timur, barat dan selatan, Korea dikelilingi lautan. Di sebelah barat, Laut Kuning memisahkannya dengan Cina. Di sebelah selatan terbentang kepulauan Jepang yang mengelilingi Korea.

        Walaupun luas Korea hanya separuh daripada negara bagian Kalifornia di Amerika Serikat, populasi Korea Selatan yang 50 juta jiwa jika digabungkan dengan jumlah penduduk Korea Utara maka akan menjadi 70 juta jiwa. Hanya sekitar 20 persen wilayah Korea yang bisa ditanami, namun tanahnya subur dan iklimnya menguntungkan.


 PERTANIAN DI KOREA


         Pada awal ledakan ekonomi pada tahun 1963, sebagian besar warga Korea Selatan adalah petani. Enam puluh tiga persen dari penduduk tinggal di daerah pedesaan. Dalam dua puluh lima tahun ke depan, Korea Selatan tumbuh dari sebagian besar pedesaan, bangsa pertanian menjadi, negara industri baru perkotaan dan tenaga kerja pertanian menyusut menjadi hanya 21 persen pada tahun 1989. Para pejabat pemerintah diharapkan urbanisasi dan industrialisasi lebih lanjut akan mengurangi jumlah pekerja pertanian untuk baik di bawah 20 persen pada tahun 2000.

        Pertanian Korea Selatan memiliki banyak masalah yang melekat. Korea Selatan adalah sebuah negara pegunungan dengan hanya 22 persen lahan pertanian dan curah hujan kurang dari sebagian besar negara padi tetangga lainnya. Sebuah reformasi tanah utama di akhir 1940-an dan awal 1950-an menyebar kepemilikan tanah kepada kaum tani pedesaan. Kepemilikan individu, bagaimanapun, terlalu kecil (rata-rata satu hektar, yang membuat budidaya yang tidak efisien dan putus asa mekanisasi) atau terlalu menyebar untuk memberikan keluarga dengan banyak kesempatan untuk menghasilkan jumlah yang signifikan dari makanan. Pertumbuhan besar daerah perkotaan menyebabkan penurunan cepat tersedia lahan pertanian, sementara pada saat yang sama meningkatkan populasi dan pendapatan yang lebih besar berarti bahwa permintaan untuk makanan sangat melampaui pasokan. Hasil dari perkembangan ini adalah bahwa pada akhir 1980-an kira-kira setengah dari kebutuhan Korea Selatan, terutama gandum dan pakan ternak jagung, diimpor

       Pertanian di Korea Utara terkonsentrasi di dataran dari empat provinsi pantai barat, di mana musim tanam lagi, tanah tingkat, curah hujan yang memadai, dan tanah irigasi yang baik memungkinkan budidaya paling intensif tanaman. Sebuah sempit tanah sama subur berjalan melalui timur provinsi Hamgyong pesisir dan Provinsi Kangwon.

          Provinsi interior Chagang dan Ryanggang terlalu pegunungan, dingin, dan kering untuk memungkinkan banyak pertanian. Gunung-gunung, berisi sebagian besar cadangan hutan Korea Utara sementara kaki dalam dan di antara daerah pertanian utama menyediakan lahan untuk penggembalaan ternak dan budidaya pohon buah.
         Tanaman utama termasuk beras dan kentang.  




KONDISI PERTANIAN

        Sumber Korea Utara jarang pertanian membatasi produksi pertanian. Iklim, medan, dan tanah kondisi tidak terlalu menguntungkan untuk pertanian, dengan musim tanam yang relatif singkat. Hanya sekitar 17% dari total daratan, atau sekitar 20.000 km2, ditanami, yang 14.000 km2 cocok untuk budidaya sereal; bagian utama dari negara adalah daerah pegunungan terjal.

        Cuaca sangat bervariasi sesuai dengan elevasi, dan kurangnya curah hujan, bersama dengan tanah subur, membuat tanah di dataran tinggi dari 400 meter cocok untuk tujuan selain merumput. Air hujan secara geografis dan musiman tidak teratur, dan di sebagian besar negara sebanyak setengah curah hujan tahunan terjadi dalam tiga bulan musim panas. Pola ini nikmat budidaya padi sawah di daerah lebih hangat yang dilengkapi dengan jaringan irigasi dan pengendalian banjir. Hasil panen padi adalah 5,3 ton per hektar, dekat dengan norma-norma internasional.


       Isu yang unnegotiable  bagi Korea Selatan adalah mengenai persoalan subsidi pertanian. Walaupun banyak dari negara berkembang yang menuntut penghapusan subsidi di bidang pertanian bagi negara maju, akan tetapi masalah ini merupakan persoalan yang sangat sensitif bagi Korea Selatan. Bukan hanya menyangkut bidang pertanian saja, akan tetapi juga menyangkut persoalan politik (stabilitas politik dalam negeri) serta masyarakat Korea Selatan sendiri, khususnya bagi para petani yang jumlahnya sekitar 30 % dari jumlah total penduduk Korea Selatan. Ketidakstabilan politik ini ditengarai oleh rakyat Korsel yang melakukan aksi protes besar-besaran. Puncak dari peristiwa ini ditandai oleh tindakan bunuh diri oleh 2 orang petani Korsel. Hal ini menunjukkan betapa sengsaranya para petani di Korea Selatan apabila subsidi ini dihapuskan. Sementara pemrotes lainnya mendesak pemerintah agar tidak menghapuskan subsidi pertanian dan justru memberikan lebih banyak lagi subsidi kepada para petani. Permasalahn mengenai isu pertanian ini bahkan menimbulkan kericuhan di dalam tubuh parlemen.

        Persoalan ini menjadi isu yang sangat sensitif, karena jika dilihat dari sejarah negara Korsel sendiri, Korsel bertumpu pada sektor pertanian. Perang Korea (1953), bisa jadi merupakan kebangkitan kembali pembangunan pertanian di Korea Selatan. Republik Korea yang porak poranda akibat perang ditata kembali untuk menjadi punggung perekonomian masyarakat, terlebih masyarakat perdesaan yang menyandarkan kepada pertanian Sebab setelah perang, kebanyakan warga Korea tidak memiliki rumah, lahan pertanian, fasilitas irigasi untuk mengairi sawah dan ladang, dan pohon-pohon di gunung. Selain itu, mereka juga tidak memiliki makanan untuk survive, harapan untuk hidup, dan sumberdaya alam. Namun demikian Korea tetap memiliki rakyat, di mana 30 persen dari sekitar 40 juta warga Korea adalah petani.


HASIL PRODUKSI KOREA
Dari bidang agrikultur (total produksi tahun 2001)
1. Beras (5.515.000 ton)
2. Gandum (272.000 ton)
3. Kacang Kedelai (140.000 ton)
4. Kentang (205.000 ton)
Dari bidang peternakan (total produksi tahun 2001)
1. Sapi (untuk daging) (1.406.000 ekor)
2. Sapi (untuk susu) (548.000 ekor)
3. Ayam (102.393.000 ekor)
4. Babi (8.720.000 ekor)
       Hasil Tambang Utama, antara lain batubara, bijih besi, tembaga, timbel, seng, tungsten, emas, grafit, fosfat, perak, dan tembaga. Hasil Industri Utama, antara lain besi dan baja, pengolahan makanan, tekstil, perikanan, mesin listrik, traktor dan sarana pertanian lain, semen, mesin pertambangan, mineral, kimia, mesin diesel, ban karet, sepatu, kertas, gelas, dan kayu lapis. Ekspor Utama, antara lain baja, produk pertanian, mineral, kimia, pakaian, kayu lapis, barang elektronik, dan tekstil. Impor Utama, antara lain bahan bakar. 

http://www.angelfire.com/gundam/sartohalim/penduduk.htm
http://countrystudies.us/south-korea/52.htm 
http://berhari-hari-tanpamu.blogspot.com/2013/04/artikel-negara-korea-selatan.html 

Senin, 20 Oktober 2014

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Pertanian di Indonesia


 


          Sumber daya alam di indonesia sebenarnya sangatlah beragam dan sangatlah melimpah,banyak sekali hasil yang dapat kita dapatkan di bumi indonesia ini jika kita dapat mengolahnya dengan baik dan benar,indonesia adalah neara kepulauan yang dimana banyak sekali pulau yang ada di indonesia,dan di setiap pulau ada kekayaan alamnya sendiri sendiri.kekayaan alam yang sangat mencolok di indoneisa adalah kekayaan laut dan kekayaan pertaniannya.di laut indonesia banyak sekali ikan ikan konsumsi yang dapat di tangkap oleh manusia dan berharga jual tinggi,di pertaniannya pun tidak kalah.tanah indonesia adalah tanah yang sangat subur inilah yang menyebabkan pertanian di indonesia sebenarnya bisa sangat maju di bandingkan negara negara lain.

           Namun semua itu tidak di dukung oleh kebijakan pemerintah sang selama ini memberatkan masyarakat yang menggantungkan hidup mereka dari laut dan pertanian indonesia.akibatnya masyarakat kurang maksimal dalam mengolah sumber daya tersebut.,karena mereka telah malas untuk melayani kebijakan pemerintah yang terlalu ribet dan cenderung tidak menguntungkat masyarakat(petani).namun tidak semua kebijakan pemerintah memberatkan petani,banyak juga kebijakan nyang sangat menguntungkan bagi petani sebagai contoh peminjaman modal yang diberikan kepada petani.

           Diharapkan kedepannya pemerintah mampu menerapkan kebijakan kebijakan yang dapat membantu petani dalam proses pertanian,sehingga pertanian di indonesia dapat maju dan di segani oleh negara negara lain.

Selasa, 14 Oktober 2014

Inovasi Pertanian Bersumber Kearifan Lokal

Kuantum |  Minggu, 16 Maret 2014  02:00:01 | Penulis : Agung Wredho 



          Artikel kali ini pun jutga menjelaskan tentang postingan saya sebelumnya. masih mengenai Inovasi Kearifan Lokal yang berhubungan dengan Pertanian. perbedaannya kali ini yang dimaksud adalah sumbernya sedangkan postingan sebelumnya adalah kebutuhannya. 

          Dengan menerapkan sistem pertanian organik yang memperhatikan pranata mangsa, produktivitas padi lokal bisa mencapai 8 ton per hektare. Biasanya koperasi simpan-pinjam berkutat pada permasalahan perekonomian. Namun, sebuah lembaga keuangan di Bantul, Yogyakarta, turut mendesiminasikan teknologi pertanian yang bersumber kearifan lokal.

          Sebagian warga Dusun Dowaluh, Desa Sumber Batian, Kecamatan Trirenggo, Kabupaten Bantul, Jawa Tengah, lebih memilih menutup pintu rumah selama seharian. Kalau pun mereka ingin keluar rumah harus sembunyi-sembunyi. Apa sebab?

          Usut punya usut, warga yang sebagian besar bermata pencaharian petani itu malu dengan para tetangganya lantaran berurusan dengan bank plecit alias rentenir. Mereka malu ribut dengan rentenir karena tidak mampu bayar utang.

         "Kemarin pinjam kepada rentenir, keesokan harinya sudah harus bayar kalau tidak ingin bunganya berlipat ganda," cerita tokoh masyarakat Dusun Dowaluh, Hery Astono, di Koperasi KSP Credit Union (CU) Tyas Manunggal, Bantul, Selasa (11/3).

         Segelintir petani terpaksa berhubungan dengan rentenir karena kurangnya kepercayaan berutang dengan keluarga, tetangga, dan lembaga keuangan berbadan hukum. Rentenir merupakan jalan terakhir bagi mereka untuk menambal kebutuhan harian karena minim pengetahuan maupun keterampilan.

         Secara umum, petani yang terbelit utang dengan rentenir berpenghasilan lebih kecil ketimbang pengeluaran. Biasanya pascapanen mereka menghambur-hamburkan uang untuk keperluan konsumtif, tapi menjelang musim tanam mulai kelabakan cari utangan.

          Lebih runyam lagi, mereka banyak menganggur di sela musim tanam hingga panen arena hanya bisa bertani padi. Praktis, usaha pertanian mereka tidak bisa berkelanjutan. Berangkat dari permasalahan tersebut, Hery melontarkan gagasan inovasi sosial dengan membangun Koperasi KSP CU Tyas Manunggal. Uniknya, lembaga keuangan ini tidak sekadar melayani simpan-pinjam, tapi membekali para anggotanya dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya untuk mencapai kesejahteraan.

          Para anggota dengan bidang dan minat tertentu dikelompokkan dalam sebuah fokus grup simbiosis (FGS) difasilitasi koordinator yang kompeten. "Sejauh ini sudah terbentuk FGS pertanian organik dan peternakan puyuh," terang Hery yang juga menjadi Ketua Koperasi KSP CU Tyas Manunggal.

          Setiap bidang usaha dalam kedua FGS tersebut dirancang sedemikian rupa, dari hulu sampai hilir, agar bersinergi sehingga saling memberikan kontribusi. Penataan hulu-hilir tergambar adanya pemberdayaan anggota sesuai dengan bidang keahliannya.

          Kebetulan Hery dianggap kompeten dalam bidang pertanian organik padi mulai dari persiapan lahan, pembibitan, pemupukan, penanaman, panen, hingga pemasaran produk organik.
 




Pupuk Organik

 

          Ihwal persiapan lahan, tanah ditaburi pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Menariknya, pupuk organik tersebut diproduksi oleh anggota koperasi yang umumnya perempuan. Hery memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan kepada para perempuan cara memproduksi pupuk dengan formula yang bersumber dari kearifan lokal.

          Salah satu anggota koperasi yang akrab disapa Sugila mengatakan beruntung bisa belajar dan mempraktikkan produksi pupuk organik bersama teman-teman perempuannya. Perempuan berusia 50 tahun ini memanfaatkan waktu senggang di antara musim tanam hingga panen agar tidak menganggur.

          "Kalau menganggur bisa kelaparan karena tidak punya uang untuk makan harian," ujar Sugila yang enggan berhubungan dengan rentenir untuk mencukupi kebutuhan harian keluarganya. Setelah bergabung dengan koperasi, dua tahun lalu, kini dia mengaku berpenghasilan 30 ribu hingga 40 ribu rupiah per hari dari memproduksi pupuk organik ini.

          Untuk mendapatkan upah harian itu, Sugila bekerja mulai pagi hingga sore hari memproduksi pupuk organik dengan formula decomposer tetes tebu 0,4 liter per ton, urine kelinci, buah-buah busuk, dan air sumur. Decomposer itu kemudian disiramkan bahan baku utama pupuk organik berupa onggokan kotoran sapi 1 ton, tanah di sekitar rumpun bambu (mengandung bakteri) 1 ton, delomit (unsur kalsium) 25 kilogram, dan kotoran puyuh 15 kilogram.

          Kotoran puyuh yang digunakan dalam formula pupuk organik tersebut dipasok dari FGS peternakan puyuh dengan banderol 18 ribu rupiah per 25 kilogram. Anggota FGS peternakan puyuh, Valentina Suryani, mengatakan ketersediaan kotoran puyuh untuk memasok produksi pupuk organik sangat berlimpah mengingat jumlah burung puyuh yang diternak sebanyak 1.500 ekor.

          Formula pupuk organik, kata koordinator FGS pertanian organik padi, Mulyono, cocok untuk benih lokal yang dikembangkan anggota koperasi. Benih lokal itu antara lain jasmin, menthik wangi, mentik susu, somali, dan genjah rantai. "Setiap bibit lokal tersebut memiliki keunggulan tersendiri," ujar dia.


          Sebagai contoh, benih jasmin dan mentik wangi dapat diproduksi setiap musim dengan cita rasa pulen dan beraroma. Benih mentik susu masa produksi panjang (120 hari), tapi memiliki cita rasa pulen dan harum, sementara benih somali hanya bisa ditanam pada musim kedua, dipanen Juli hingga Agustus.

          Mulyono menuturkan petani yang menjadi anggota koperasi bisa menggunakan benih lokal untuk pembibitan, tapi harus mengembalikan sesuai dengan penggunaanya pada waktu panen kepada koperasi. "Bibit lokal tidak dijual karena tidak bersertifikat, jadi dipinjamkan kepada anggota," ucap dia.


"Pranata Mangsa"

          Moyono menyarankan kepada anggotanya ketika menanam bibit lokal tersebut untuk memperhatikan pranata mangsa atau ketentuan musim sehingga peluang keberhasilan panen semakin besar. Pranata mangsa adalah sistem penanggalan warisan leluhur petani Jawa yang terkait dengan musim.


          Sebagai contoh, untuk menyebar benih padi disarankan musim keenam (kenem/naya) pada 10 November hingga 22 Desember. Lebih terperinci lagi, padi golongan satu berumur 90 hari disarankan menanam pada 20–30 November, sedangkan padi golongan kedua pada 20–31 Desember. Ciri-ciri pada musim tersebut burung belibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair.

          Adapun masa panen, menurut pranata mangsa, dimulai pada musim kesepuluh (srawana) mulai 19 April hingga 11 Mei. Ciri-ciri pada musim tersebut burung-burung memberi makan anaknya dan buah kapas mulai merekah. "Dengan menerapkan sistem pertanian organik yang memperhatikan pranata mangsa, produktivitas padi lokal bisa mencapai 8 ton per hektare," klaim Mulyono.

         Setelah panen, kata Mulyono, proses pengolahan gabah menggunakan teknik tertentu agar bulir-bulir tidak rusak. Bulir-bulir padi dengan kualitas super dijual petani mulai dari harga 11 ribu–15 ribu rupiah per kilogram. Harga beras tersebut bergantung pada jenis padi lokal yang digunakan bibitnya. Selain itu, beras dijual lebih murah kepada anggota koperasi ketimbang konsumen biasa.

          Pengusaha nasi bakar, Purwaningsih, setiap hari tidak kurang membeli beras organik jenis menthik wangi, genjangrante, dan menthik susu total sekitar 5 kilogram. Anggota koperasi ini mengolah beras organik ini menjadi nasi uduk, lalu ditambahkan ikan tuna segar sebagai lauk. Nasi uduk dan lauk itu kemudian dibungkus daun pisang untuk dikukus. Setelah itu dibakar dan dihidangkan selagi panas dengan harga tujuh ratus rupiah per bungkus. Nasi bakar ini dijual di beberapa outlet di wilayah Bantul.

          Sebagian dari penghasilan Purwaningsih berjualan nasi bakar itu kemudian ditabung di koperasi. Pada sisi lain, dia juga sempat meminjam uang 25 juta rupiah di koperasi untuk mengembangkan usaha yang dirintisnya dua tahun lalu.

          Nah, simpanan dan pinjaman anggota di koperasi ini ditata sedemikian rupa mulai dari bidang di hulu hingga hilir secara adil. Simbiosis mutualisme inilah motor yang digunakan Koperasi KSP CU Tyas Manunggal untuk meningkatkan kesejahteraan para petani secara bekelanjutan. 
 
 Dari artikel tersebut kita dapat mendapat sedikit informasi mengenai sumber inovasi pertanian tersebut. Semoga artikel yang saya posting dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama pada bidang pertanian. Walaupun artikel tersebut berupa berita tapi dapat sedikit memberi info. Sekian. 


Inovasi Pertanian Butuh Kearifan Lokal




 02:38 WIB | Selasa, 11 Maret 2014 | Iptek, Teknologi | Penulis : Kontributor




          Artikel ini berisi tentang Inovasi Kearifan Lokal pada sektor Iptek Teknologi Pertanian. Kesadaran dan pengakuan komunitas pertanian internasional tentang nilai kearifan lokal atau pengetahuan asli setempat (indigenous knowledge) bukanlah hal baru. Kearifan lokal pertanian bersifat inovatif dan perlu diikutkan membantu mewujudkan pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan. Namun negara-negara pada umumnya masih tetap lebih terikat pada pragmatisme model-model inovasi pertanian modern.



 
 

          Setelah melakukan penelitian akhirnya laman Scidev.net beberapa waktu belakangan ini menyampaikan rangkaian ulasan ilmiah maupun seruan dari sejumlah pertemuan ilmiah internasional yang menekankan perlunya masyarakat dan para pengambil keputusan segera menggali, melindungi dan memanfaatkan kearifan lokal untuk inovasi dan pembangunan pertanian. Diakui telah ada usaha di berbagai negara tetapi secara menyeluruh masih lamban dan belum memadai.



          Keadaan ini telah menimbulkan kekhawatiran akan berakibat fatal bagi pertanian maupun ketahanan pangan di masa mendatang. Kerusakan atau kemerosotan sumberdaya alam akibat pertanian modern maupun pemanasan global bisa terlambat diatasi. Dan petani generasi berikutpun bisa tidak lagi mewarisi penguasaan kearifan lokal pertanian tradisional mereka.




Inovasi Tradisional


        Krystyna Swiderska, peneliti senior pada International Institute for Environment and Development (IIED) di London, Inggris dalam satu ulasannya menyatakan bahwa komunitas yang hidup akrab dengan alam secara berlanjut menciptakan pendekatan inovatif dalam pertanian maupun sektor lainnya. Mereka membangun pengetahuan dan praktek yang mengalami perbaikan dari generasi ke generasi. Contohnya, petani di berbagai penjuru dunia bereksperimen dengan tanaman lokal untuk mengembangkan varietas yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan kekeringan atau hama. Dari segi perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk, inovasi tradisional demikian nerupakan sesuatu yang bernilai.



          Kecenderungan untuk melakukan inovasi pertanian modern secara ilmiah memang memberi solusi terhadap masalah mendesak. Tetapi kebijakan inovasi demikian yang dari atas ke bawah (top-down approach) melalaikan bentuk-bentuk inovasi tradisional yang sudah berlangsung lama dan meluas. Petani lalu berada dalam posisi sebagai pelaku bentuk inovasi yang diterima dari luar. Kemampuan petani, khususnya petani kecil beradaptasi dengan tantangan iklim terus terkikis.



          Dampak negatif lainnya termasuk terjadinya kemerosotan tajam keragaman hayati dan budidaya. Menurut catatan Badan Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, dalam satu abad lebih sedikit belakangan ini, pertanian modern telah melenyapkan bagian terbesar keragaman tanaman di planet bumi. Sekarang, diet 95% penduduk bumi tergantung pada hanya sekitar 30 jenis tanaman saja.


          Menurut saya artikel kredibel karena isinya bisa menjawab apa yang ditanyakan. Artikel dari website tersebut bisa dijadikan pedoman untuk ilmu pengetahuan kearifan lokal dari sektor pertanian tersebut. Inovasi secara lokal atau tradisional dap[at membantu para petani atau usaha seseorang yang mengarah pada teknologi pertanian, artikel dapat membantu informasi yang telah tersedia.




Source : http://tabloidsinartani.com/content/read/inovasi-pertanian-butuh-kearifan-lokal/ 

Senin, 13 Oktober 2014

Introducing Me

Hey guys..
I want to introducing my self..

Nama lengkapku "NAFA ARDIAN NUR OKTASARI"
sering di panggil Nafa atau Nupa, dua-duanya bisa hehe :D
Anak kedua dari dua bersaudara dan kakakku cewek tapi nyebelinnya bukan main -_-
Aku dan kakak asli jogja, ayah jogja tapi ibu yang merantau haha.. ibuku orang banjarmasin

I Love GREEN and I Love JUSTIN BIEBER !!
Green is beautiful color in the world for me and Justin Bieber is my idol + inspiration for me to 
Kalo ditanya kenapa ngefans banget sama Justin..hmm banyaaaaaaaaaaak
Melihat seseorang itu jangan hanya dari covernya saja, dilihat dari sisi positifnya seni dalam bidang musiknya Justin itu bener-bener bagus men

My hobby is making ART \m/ 
Bisa dibilang aku lebih ke jiwa-jiwa anak seni tapi ga terlalu mendalami juga, mungkin hanya sebatas hobi..
Drawing, editing photos, making a videos, watching a movies, listening music....Hey I Love Art Very Much >,< play all of them if i just have a spare time hehe so everyday almost take my laptop hmm

Kebiasaanku yang lain paling suka yang namanya makan dan tidur haha..
Mungkin karena itu ambil jurusan Agribisnis Pertanian di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Karena tertarik bahan pangan jadi aku ambil pertanian yang berhubungan sama pangan, hmm..aku juga punya mimpi ke depannya untuk punya sebuah rumah makan nantinya. Udah bisa bayanginlah untuk itu hehe 
Maknaya aku ambil bisnisnya karena ingin bisnis dan masuk di dunia kuliner, berharap kuliah lancar, bisa banggain orang tua dan yang jelas juga bantu orang tua juga o:) Aamiin

Efek suka tidur jadi sering dipanggil kebo sama temen-temen -__________________-
Kodok, kebo, unta, kudanil, bebek itu adalah semua sebutan yang berlatarkan hewan yang dikasih temen-temen buat aku -_- jahatnyaaaaaaaaaaaaa emang kampreeet tenan !
emang salah gitu yaa..kalo punya kebiasaan tidur gitu, yaa ga tanggung2 juga kalo udh tidur emg kadang bisa kelanjutan dan pasti udah nyaman banget juga.
Tidur itu ibadah dan indah.. Bisa ketemu Justin juga pertama pasti lewat mimpi dulu..
hey BELIEVE to achieve the dreams we must to start with a dreams too :)

And the last thankyou guys for read and watching my first posting and read little my story :xx